Rujak Welut Mbok Ribut Cigedog

YANG doyan belut atau orang Jawa menyebut welut, sehari saja tak merasakannya pasti kebingungan. Terlebih jika sudah dimasak oleh koki berpengalaman, tentu akan menjadi teman makan yang mengasyikkan. Bahkan yang percaya, hewan air tersebut antara lain dapat sebagai obat ''kuat', penyakit kulit, dan darah rendah.
Mbok Ribut (80), warga RT 7 RW 2, Desa Cigedog, Kecamatan Kersana, Brebes tampaknya tahu persis soal khasiat belut. Dengan keterampilannya, dia mampu mengolah hewan licin tersebut menjadi rujak belut yang sedap.
Semula Mbok Ribut membuka warung kecil-kecilan di rumah Jalan Cermai, Desa Cigedong. Pembelinya hanya tetangga dan omset penjualan tak seberapa. Sehari menghabiskan satu sampai dua kilogram belut. Lama-kelamaan usahanya semakin maju. Rumah yang dipakai untuk berjualan pada 1980-an menggunakan dinding bambu, kini berubah menjadi warung yang bagus. Tembok keliling mengitari rumahnya yang sangat luas.
Pembeli yang bermobil bisa parkir aman persis di depan rumah dengan pohon pelindung yang teduh. ''Ya itu berkat usaha ibu saya, dari warung kecil-kecilan kini menjadi begini,'' papar Ny Kaswen (40) anak dari Mbok Ribut yang meneruskan usahanya.
Untuk sampai ke rumah Mbok Ribut, 18 km barat Kota Brebes, bisa ditempuh dengan kendaraan 45 menit. Setelah sampai ibu kota Kecamatan Tanjung, perjalanan masih ke selatan 9 km masuk Kersana. ''Dari Kersana masih sekitar satu kilometer baru masuk Jalan Cermai, Desa Cigedog,'' tutur Camat Kersana Sutarsono BA.
Bumbu
Olahan rujak belut Mbok Ribut memang lain dari pada yang lain. Belut yang masih hidup dicuci sampai bersih. Setelah itu dicampur dengan bumbu bawang putih, bawang merah, jahe, laos, kemiri, dan tumbar.
''Belut yang hidup dimasukkan ke suatu tempat dicampur dengan bumbu-bumbu itu kemudian ditutup rapat,'' ujar Ny Kaswen.
Setelah sekian jam digoreng dengan minyak sayur. Ny Kaswen mengungkapkan, belut itu tak perlu dimatikan. Ungkapnya, ketika dicampur dengan bumbu-bumbu dan ditutup rapat hewan itu akan mati. Dengan demikian, dia tak kesulitan lagi ketika akan menggoreng.
Belut gorengan itu lantas dipotong-potong 10-15 cm. Sebelum disajikan, dibuatlah bumbu rujak lebih dulu. Bumbunya antara lain kacang, gula jawa, merica, tomat, jahe, garam, dan bawang merah. Khusus untuk bawang merah dan tomat tak digerus tapi dipotong-potong sebagai penyedap. Bumbu rujak yang sudah jadi kemudian sekalian diulek dengan potongan belut, maka jadilah rujak belut.
"Belut goreng tak usah dicampur dengan bumbu rujak sebenarnya sudah enak dimakan,'' papar Ny Kaswen.
Beberapa pembeli memang lebih suka langsung menyantap potongan belut goreng. Rasanya gurih dan sangat cocok untuk santap siang atau malam. Bahkan beberapa pembeli yang datang terkadang sengaja menyantap tanpa bumbu rujak. Tapi yang suka pedas biasanya minta sekalian dicampur bumbu rujak.
Setelah 22 tahun berjualan rujak belut, banyak pedatang dari luar kota sengaja mampir ke Cigedog. Mereka rata-rata menyatakan makanan itu mempunyai ciri khas tersendiri. Harga satu porsi relatif murah, hanya Rp 5.000. Dengan demikian untuk ukuran kantong tipis uang Rp 10.000 bisa makan dengan minuman soda susu.
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply