Batik Tampil dengan Sejuta Pesona


Batik memang tak pernah lekang oleh waktu. Apalagi jika batik diolah tangan-tangan trampil seniman dan para desainer, maka hasilnya busana-busana yang yang tak lagi sebatas untuk acara formal tapi juga bisa dijadikan balutan sehari-hari. Konsistensi mempertahankan hasil karya luhur tradisi bangsa itu pun masih mendominasi gelaran Jogja Fashion Week malam kedua di Yogyakarta, baru-baru ini.
Seperti karya Adirt Hebart dari Rumah Mode Exlusive Desaign yang menampilkan corak batik dalam atasan yang simpel nan seksi. Menggunakan bahan satin sutra dengan dominasi warna ungu, perancang asal Surabaya, Jawa Timur, ini mengolah batik motif parang menjadi sebuah balutan yang feminim seksi, namun tetap menjaga kemewahan bagi pemakainya.
Lain lagi Tatok Prihastanto. Mengusung konsep My Fair Lady, perancang asal Rumah Mode Titanium ini dengan berani bereksperimen menggunakan kain jarit gedong menjadi busana ready to wear. Kain jarit yang biasa digunakan ibu-ibu untuk menggendong bayi dan mbok-mbok pasar ini disulap menjadi busana keseharian yang feminim dengan tonjolan nuansa klasiknya.
Perancang muda asal Magelang, Jawa Tengah ini juga bereksperimen dengan jarit warna-warna terang yang berani, berpadu dengan bahan chiffon dan brokat. Dan, hasilnya busana yang glamor untuk pesta atau untuk acara gala dinner.
Sementara, perancang tuan rumah Tedjo Laksono mengusung golden eye sebagai konsep rancangannya. Perancang asal Rumah Mode Klasik ini menggunakan batik yang dipadu dengan bahan sifon sutra dan tenun. Busana-busana rancangan Tedjo ini mampu membangun karakter yang sangat feminim bagi pemakainya. Terlebih, koleksinya diperagakan para peragawati kawakan di Yogyakarta, yang pernah berjaya di era 1990-an.
Pada gelaran Jogja Fashion Week hari kedua ini memang nyaris dipenuhi dengan sentuhan-sentuhan batik. Tak terkecuali busana pesta dalam konsep "Gadis Imaji" dalam rancangan Mujib Afandi. Afandi dari Omah Klamby membuat batik menjadi busana-busana pesta yang etnik seksi dan modern, tanpa meninggalkan karakter feminimnya.
Perpaduan batik dengan kain-kain tradisional juga digunakan perancang asal Rusia, Natalya Knerik. Natalya yang menjadi salah satu peserta asal mancanegara ini memadukan batik dengan mengadopsi pakaian tradisional turkmenia yang bernama keshte. Dua jenis kain tradisional ini memunculkan nuansa anggun nan feminim.
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply