Rumah Nur Iman Dijaga Polisi Sukoharjo

Polres Sukoharjo, menempatkan anggotanya untuk menjaga rumah Nur Iman, pedagang angkringan yang tewas terkena peluru nyasar dalam baku tembak aparat Densus 88/Antiteror melawan teroris di Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, akhir pekan lalu.
Kapolres Sukoharjo, AKBP Pri Hartono EL kepada Joglosemar, Rabu (18/5) mengatakan, pihaknya memanggil empat pamong warga Sanggrahan. “Tidak ada tujuan lain, pemanggilan ini hanya untuk koordinasi tentang pengamanan wilayah,” ujar Kapolres.
Empat pamong yang dipanggil polisi itu, masing-masing Ketua Badan Pembangunan Desa (BPD) Suharno, Ketua RT Budiono, Ketua RW Munandiri dan seorang perangkat desa, Sriyono. Mereka kemarin terlihat berada di ruang kerja Kasatreskrim AKP Sukiyono.
Kapolres menjelaskan, semenjak kejadian baku tembak itu, Desa Sanggrahan banyak didatangi orang-orang yang tidak jelas identitasnya.

“Ada wartawan, LSM, tokoh agama dan lain-lain. Mereka bertanya mengenai keluarga Nur Iman. Ini membuat warga di sana tidak nyaman dan merasa terganggu,” tuturnya.
Kehadiran orang luar itu, menurut Kapolres, membuat Desa Sanggrahan menjadi mencekam. Lalu ada inisiatif untuk meminta bantuan pengamanan dari Polres. “Sudah tugas polisi memberikan rasa aman kepada masyarakat. Teknisnya nanti dari Polres dan Polsek Grogol akan berjaga di sana dari pagi sampai malam,” tegasnya.
Mengenai istri Nur Iman yang menghilang beberapa waktu, Kapolres membantah kabar yang beredar selama ini. “Istri Nur Iman tidak hilang, polisi juga tidak menyembunyikan. Itu kabar yang salah. Selama ini dia berada di rumah keluarganya di Bolali, Klaten. Dan setelah itu berada di Mapolres Klaten untuk minta perlindungan,” ujarnya.
Perubahan mencolok tampak terjadi di rumah Nur Iman, yang sepekan ini sangat terbuka kepada wartawan. Kemarin sore, sekitar pukul 15.00 WIB, Waliyem, istri Nur Iman dan dua anaknya terlihat pulang. Namun, keluarga menolak dengan tegas wartawan yang berniat melakukan wawancara.
Seorang kerabat Nur Iman, hanya membenarkan kepulangan keluarga Nur Iman. Berbeda dengan keterangan Kapolres Sukoharjo, dia menyebut Waliyem dan dua anaknya datang dari satu tempat, sebelum mampir di Bolali, Klaten, dengan pengawalan polisi.
Sementara itu, hingga kemarin Mabes Polri masih belum selesai melakukan uji balistik untuk memastikan peluru siapa yang menewaskan Nur Iman.
“Kita ada uji balistik melalui ahli dan pada intinya, kita terbuka dan transparan terhadap peristiwa ini,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar di Jakarta, Rabu.
Namun, meski belum usai uji balistik, Boy Rafli sudah memastikan peluru yang menewaskan Nur Iman berasal dari senjata teroris, bukan polisi. Saat penyergapan, Sigit dan Hendro yang dibuntuti polisi, berbalik arah dan menembaki anggota Densus, sehingga terjadi baku tembak.
“Tembakan teroris Sigit mengenai Nur Iman yang berada di beberapa meter dari tempat kejadian perkara (TKP), karena berusaha mendekat ketika terjadi keributan,” ujarnya. Keterangan ini juga bertentangan dengan fakta bahwa Nur Iman tidak beranjak dari gerobaknya yang berjarak lebih dari 50 meter dari lokasi baku tembak.
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply