|
YOGYA - Jabatan Sultan memiliki tanggung jawab besar terhadap peradaban di DIY. Sehingga, jika jabatan tersebut ditiadakan, maka identitas Yogyakarta akan musnah.
Hal ini dikemukanan Raja Ngayogyakarta Hadiningrat yang juga Gubernur DIY, Sri Sultan HB X dalam diskusi Jogja Editors Forum (JEF) yang digelar di Ndalem Wironegaran, Yogyakarta, Sabtu (24/9) malam. Sultan menambahkan ada perbedaan antara kepemimpinan Sri Sultan HB IX dan HB X. "Jika Sultan IX dulu itu kan berada dalam bentuk negara berdaulat. Sedangkan yang sekarang itu republik. Ini jelas berbeda," tegasnya
Oleh karena itu, lanjut Sri Sultan HB X, bentuk Yogyakarta tergantung dari peradaban masyarakat Yogyakarta sendiri. Sedangkan tugas Sultan, tak lain ialah menjaga peradaban yang telah diwariskan oleh leluhur. "Saya harus memenuhi pondasi-pondasi yang sudah diwariskan itu. Yakni apa yang disebut dengan Hamemayu Hayuning Bawana itu. Nah, bagaimana peradaban Yogya? Ya jatidiri masyarakat Yogyakarta itu sendiri," imbuh Sultan.
Selama ini, lanjut Sultan, masyarakat Yogyakarta sudah menunjukkan peradabannya yang agung. Yakni dengan menjadikan merah-putih sebagai jiwa dan Bhineka Tunggal Ika sebagai watak dan karakter warga Yogyakarta. "Ini semua dilandasi dengan 3 rasa. Yakni rasa ketuhanan, rasa kemanusiaan dan rasa keadilan. Dan, ketiga hal ini yang saya sebut sebagai Great Wall Yogyakarta," tandasnya.
Great Wall Yogyakarta tersebut, jelas Sultan, merupakan akar peradaban di Yogyakarta. Dimana tugas Sultan dan juga Gubernur ialah untuk menjaga pondasi tersebut. "Kalau kok nanti jabatan Sultan dan Gubernur itu hancur, maka Great Wall nya juga akan hancur. Dan saat itulah liberalisme akan terjadi," tegas Sultan.


0 komentar