Kalori Biskuit Bisa Picu Kanker Rahim!

PEREMPUAN biasanya senang ngemil. Dalam kasus tertentu, kegiatan mengonsumsi makanan ringan tidak menjadi soal. Bahkan dianjurkan untuk yang memiliki berat badan kurang ideal.

Namun, di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa makanan ringan dapat memicu terjadinya kanker rahim.

Salah satu makanan ringan yang sering dikonsumsi adalah biskuit. Rasanya yang bervariasi, mulai dari gurih hingga manis, sangat menggoda.

Namun, di balik rasanya yang manis itu, ternyata ada masalah. Dari sebuah penelitian terbaru diketahui bahwa kebiasaan ngemil makanan manis dapat meningkatkan risiko terkena kanker rahim.

Baru-baru ini, para ilmuwan dari Stockholm`s Karolinska Institute melakukan penelitian mengenai efek dari konsumsi makanan ringan, terutama biskuit pada perempuan.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal Cancer Epidemiology Biomarkers and Prevention menyebutkan, bahwa mengonsumsi makanan manis seperti biskuit sebanyak dua sampai tiga kali seminggu akan membuat kaum perempuan berisiko terkena penyakit dengan persentase sebanyak 33 persen, bila dibandingkan dengan mereka yang jarang.

Apabila kebiasaan ngemil dilakukan lebih dari tiga kali dalam sepekan, akan risiko penyakit kanker rahim meningkat sebesar 42 persen.

Terkait dengan hasil penelitian tersebut, dr.Arie A Polim, SpOG (K) FER, dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat, mengatakan bahwa antara konsumsi biskuit dengan munculnya kanker rahim memang ada hubungan. Namun, hubungannya secara tidak langsung.

Menurut dr Arie, biskuit tidak mencetuskan kanker rahim secara langsung. Adalah kandungan kalori yang terdapat dalam biskuitlah yang menjadi pemicu faktor risiko kanker rahim. Supaya lebih jelas, kiranya perlu diketahui terlebih dahulu uraian mengenai kanker rahim.

Kanker rahim, dalam dunia medis, seringkali disebut kanker endometrium. Kanker rahim merupakan sejenis kanker yang memiliki hubungan erat dengan peningkatan hormon.

Terutama hormon estrogen. Seperti diketahui, hormon tersebut dapat merangsang proliferasi atau proses pertumbuhan  sel endometrium dalam jumlah yang tak terkendali.

Hingga saat ini penyakit kanker rahim rata-rata terjadi pada wanita berusia lebih dari 40 tahun dengan factor risiko kegemukan, kencing manis, dan juga darah tinggi.

“Faktor risiko wanita yang dapat terkena kanker endometrium adalah wanita yang berusia lebih dari 40 tahun dengan obesitas, diabetes mellitus, dan juga hipertensi,” kata konsultan Fertilitas Endokrin Reproduksi dari RS Royal Taruma, Jakarta Barat, ini.

Lalu kaitannya dengan kebiasaan ngemil? Ada hubungan antara ngemil dengan faktor risiko tersebut. Ngemil bisa meningkatkan faktor risiko. Kandungan bahan makanan seperti kolarilah yang diduga bisa memicu factor risiko. Setelah itu, barulah muncul penyakit kanker rahim.

“Penelitian yang dilakukan oleh Carolina Institute yang ditulis dalam Journal Epidemiology, Biomarkes, and Prevention yang menghubungkan biskuit dengan penyebab kanker rahim pada wanita sebesar 42 persen karena tingginya kalori yang terdapat dalam bismuit. Apalagi biskuit yang mengandung gula sehingga dapat meningkatkan angka obesitas dan diabetes mellitus yang menjadi faktor risiko timbulnya kanker rahim (endometrium),” terangnya.

Bahaya atau tidaknya ngemil tergantung pada seberapa besar kegiatan ngemil tersebut memengaruhi. Seperti kita tahu, bahwa ujung dari penyakit kanker adalah kematian.

Tambahan lagi, rahim adalah bagian yang sangat penting bagi kelangsungan reproduksi perempuan. Bisa dibayangkan bila kemudian rahim tidak bisa berfungsi karena terserang kanker.

Perempuan yang terkena kanker rahim, menurut dr Arie, seringkali menunjukkan gejala-gejala yang khas. Biasanya yang paling khas dan paling mudah didiagnosa adalah adanya benjolan-benjolan di sekitar perut.

Tak hanya itu, perempuan seringkali mengeluh karena munculnya benjolan-benjolan tersebut biasanya dibarengi dengan rasa nyeri serta gejala penyerta lainnya. Perempuan yang dicurigai terkena kanker rahim biasanya dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan awal.

Menurut dr Arie, pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan ginekologi dan USG. Tujuannya jelas untuk mendiagnosa apakah benjolan tersebut kanker atau bukan.

“Kalau positif, dari pemeriksaan ginekologi dan USG seringkali ditemukan pembesaran rahim serta penebalan lapisan endometrium (selaput lendir rahim). Dan untuk akurasi diaonosisnya disarankan dilakukan pemeriksaan biopsy endometrium, yaitu dilakukan pengambilan sampel endometrium dan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi,” jelasnya.

Apakah kegiatan ngemil biscuit menjadi begitu menatkutkan? Tidak demikian. Ngemil biscuit atau makanan ringan yang mengandung kalori tidak serta merta menimbulkan gangguan. Perlu digarisbawahi bahwa yang menimbulkan atau memicu kanker adalah ngemil secara berlebihan seperti yang ditunjukkan data penelitian di atas.

“Bukan berarti semua perempuan tidak boleh mengonsumsi biscuit. Bisa saja mengomsumsi biscuit, asalkan asupannya harus memperhatikan keseimbangan gizi. Dengan kondisi ini bukan berarti kita tidak boleh makan biscuit sama sekali, tetapi tetap memperhatikan keseimbangan gizi antara makanan yang kita konsumsi,” ungkapnya.

Nah, untuk memperhatikan keseimbangan gizi, dr Arie mengatakan perlu adanya kesadaran terhadap kandungan makanan yang kita konsumsi. Dengan demikian, kita bisa seimbangkan dengan jumlah asupan serat sesuai kebutuhan.

“Pencegahan yang paling baik adalah dengan makan makanan gizi yang berimbang dengan tidak terlalu tinggi lemak dan gula. Cukup konsumsi makanan yang berserat dan tentu saja berolahraga yang teratur dimana dapat menurunkan 30 persen risiko kanker rahim,” tutupnya.
(Okz/Yan)
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply