“Awalnya dulu saya merantau di Kalimantan, namun setelah saya pikir-pikir terlalu jauh dengan istri. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari pekerjaan di Wonogiri, melihat penjual akar wangi saya tertarik untuk membuatnya dan menjualnya di Waduk Gajah Mungkur” ungkap Giyanto.
“sebenarnya tidak hanya saya saja yang menjual Kerajinan Akar Wangi di tempat ini namun ada beberapa pengrajin lain seperti, Gito (48) dan Sulis (30) seorang guru TK yang mengisi hari liburnya dengan menjual kerajinan akar wangi” Tambah Giyanto di temui di sela-sela pengunjung yang ramai sambil menawarkan buah karya tangannya.
Di hari libur ini pendapatan para penjual kerajinan akar wangi meningkat sekitar 60%. Hari libur ini bisa jadi di istilahkan dengan hari keberuntungan bagi para pengrajin sekaligus penjual kerajinan akar wangi tersebut.
Di Wonogiri sendiri para penjual kerajian akar wangi juga membentuk sebuah paguyuban, pengrajin akar wangi ini kebanyakan brasal dari Semin, Wonosari dan Gunung Kidul. Setiap penjual akar wangi di kota-kota lainya juga membentuk paguyuban yang sejenis dengan nama berbeda, “kalau yang di Wonogiri ini Paguyuban kami beri nama Gajah Mungkur Handayani dan beranggotakan sekitar 70 orang.
Nama paguyuban ini sendiri Menggabungkan nama Waduk Gajah Mungkur dengan Slogan Gunung Kidul Handayani, Tujuan di bentuknya paguyuban ini adalah untuk mempererat tali silaturahim dan menyamakan harga penjualan agar tidak terjadi perang harga sesama penjual nantinya” Tambah Giyanto.
0 komentar