Sinar Matahari Pagi Sebelum Jam 9 Baik Untuk Tulang Kita

Menurut data Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), sekitar 41,8 persen pria dan 90 persen wanita di Indonesia menunjukkan gejala osteoporosis. Sementara, 28,8 persen pria dan 32,2 persen wanita telah menderita osteoporisis. Sinar matahari diketahui sumber vitamin D yang baik untuk kesehatan tulang. Sayang, banyak wanita menjauhi paparannya.
“Wanita Asia, dengan iklim tropis, biasanya takut matahari. Selain takut hitam, pria Asia ternyata juga senang dengan wanita berkulit putih. Menurut penelitian, vitamin D pada wanita Asia tergolong rendah. Sangat disayangkan karena dengan terpapar matahari, kalsium yang tidak aktif di kulit akan menjadi aktif,” papar dr Fiastuti Witjaksono MS SpGK.
Dr Fiastuti menekankan, sinar matahari yang baik untuk tulang adalah sebelum pukul 09.00 WIB dan setelah pukul 15.00 WIB. Selanjutnya, gaya hidup yang turut meningkatkan risiko osteoporosis pada wanita adalah diet ketat.
“Hati-hati terutama untuk wanita yang terobsesi kurus seperti imej model yang dilihatnya. Di Amerika saja, sekarang untuk menjadi seorang model, Indeks Massa Tubuh mereka tidak boleh kurang dari 17. Karena diketahui efek buruknya tidak hanya untuk kesehatan secara keseluruhan, tapi juga risiko terhadap osteoporosis,” lanjutnya.
“Cukupi pula kebutuhan protein. Menurut penelitian, kepadatan tulang pelaku diet atkins jauh lebih rendah daripada mereka yang cukup mengasup protein,” tukas dokter yang berpraktik di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi ini.
Dan dengan alasan takut gemuk, wanita ogah minum susu yang dianggap hanya untuk konsumsi anak kecil. Padahal, susu mengandung banyak laktosa yang mendorong penyerapan kalsium lebih baik dibandingkan kalsium dari makanan lain seperti ikan teri. Lebih lanjut, angka kecukupan kalsium untuk usia produktif 19-50 tahun adalah 1000 mg per hari, takarannya sepadan dengan 2 gelas susu mengandung kalsium.
“Menurut penelitian, konsumsi susu malam hari lebih bagus karena kalsium dalam susu dapat membantu agar osteoplas atau sel-sel yang menghancurkan tulang tidak bekerja, mungkin karena kita tidak bergerak,” tukasnya.
“Untuk yang lactose intolerant (alergi laktosa-red), makanlah produk susu dalam porsi kecil, bertahap, dan tingkatkan menjadi porsi yang lebih besar. Yogurt, misalnya, mengandung laktosa karena diberi bakteri baik, meski kadarnya 30 persen lebih sedikit daripada susu. Lalu, kombinasi produk susu dengan makanan lain,” imbuhnya.
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply