Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, memetakan tempat wisata kuliner serta kesenian tradisional. Dalam memetakan tersebut, menggandeng  Association of the Indonesia Tours and Travel (Asita). Diharapkan dengan menggandeng Asita, bisa menjadi daya tarik turis asing.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pranoto mengatakan selama ini belum ada pertunjukan yang terjadwal, padahal seharusnya satu bentuk kesenian bisa ditonton setiap saat. “Sanggar tari sudah ada, berdayakan dengan pertunjukan kethek ogleng tiap hari apa, jam berapa dan di mana. Kita akan menuju itu, tanpa menunggu APBD.
Kalau menunggu APBD, jelas tidak akan ada perkembangan di Kepariwisataan Wonogiri. Mulai tahun ini, semua potensi kecamatan dipetakan. Kami sudah meminta tiap kecamatan untuk melaporkan potensi tiap wilayah, baik kuliner, tempat wisata dan tempat hiburan. Hasil pemetaan ini akan kami koordinasikan ke Association of the Indonesia Tours and Travel (Asita) untuk menjalin kerja sama paket wisata. Bisa wisata kuliner, ekowisata, budaya, maupun wisata pantai,” terangnya.
Ke depan, bentuk paket wisata ini lebih ke arah one day tour. Tanpa ada paket seperti ini, pariwisata di Wonogiri hanya terkesan njagakke potensi pariwisata yang ada.
Jika pemetaan selesai, di tiap desa dan kelurahan akan dibentuk pandu wisata. Satu desa atau kelurahan akan ada lima pandu wisata. Tujuannya, agar desa atau kelurahan itu bisa menjadi sebuah desa atau kelurahan wisata dengan potensi yang ada di sana.
Bukan tanpa kendala, tidak semua kecamatan memberikan potensi kuliner, usaha rumah makan maupun tempat wisata yang ada di wilayahnya. Dari data sementara untuk kuliner dan usaha rumah makan baru 21 kecamatan yang melapor dari 25 kecamatan.
“Itu pun banyak yang nihil, padahal dikecamatan yang nihil itu sebenarnya ada potensi wisata kuliner.  Lagi-lagi SDM-nya yang menjadi kendala. Satu contoh di Purwantoro nihil usaha rumah makan khas, padahal di sana ada warung makan khas garang asemnya,” lanjut dia.(Joglosemar)