DITENGARAI sebagai pihak yang senang bergonta-ganti pasangan seks, pria dikatakan lebih banyak menderita hepatitis ketimbang wanita.
Di Indonesia diperkirakan 13 juta orang menderita hepatitis B dan 7 juta orang menderita hepatitis C, dua jenis hepatitis yang paling banyak penderitanya. Di antara jumlah tersebut, rasio paling banyak dari sisi gender adalah pria.
“Laki-laki dong karena suka ‘ke sana kemari’, jadi gampang terinfeksi hepatitis,” ujar Prof dr Ali Sulaiman PhD SpPD-KGEH FACG, Ketua Kelompok Kerja Hepatitis Virus kepada okezone usai konferensi pers “Strategi Penatalaksanaan Hepatitis Pemerintah, Swasta, Klinisi, dan Akademisi” di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2011).
Seperti diketahui, salah satu media penularan hepatitis adalah bergonta-ganti pasangan seks. Penyebaran virus hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah seseorang yang telah terinfeksi. Beberapa cara yang memungkinkan seseorang terinfeksi, seperti transfusi darah, tato, tindik, narkoba suntik (penasun), jarum suntik, dan alat pribadi lainnya.
“Laki-laki lebih mungkin terinfeksi lewat aktivitas bercukur dan tato, sedangkan dokter gigi dan akupunktur, hampir sama dengan perempuan yang juga melakukannya,” jelasnya.
Selain pola perilaku yang khas, wanita ternyata memiliki “pengaman” alami yang memungkin tubuhnya lebih tahan terhadap virus hepatitis. Rahasianya terletak pada hormon estrogen.
“Ada juga alasan hormonal, jadi perempuan lebih tahan terhadap virus hepatitis daripada laki-laki. Kemungkinan ya, tapi memang daya tahan tubuh, secara genetik wanita lebih kuat,” tegasnya.
Tangani segera
Dari seluruh jumlah penderita hepatitis di Indonesia, sekira 50 persen berpotensi menjadi penyakit hepatitis kronis. Dan bila tidak diobati secara baik, maka 10 persen di antaranya dapat menjadi liver fibrosis sebagai cikal bakal kanker hati.
Sayang, kebanyakan penderita tidak cepat menyadari tubuhnya terinfeksi virus hepatitis mengingat penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang bisa dilihat secara fisik.
“Seperti pada pasien saya, tahu kena hepatitis karena ditolak transfusi darah oleh PMI atau ada juga setelah medical check up di kantornya,” kata Dr Unggul Budihusodo SpPD-KGEH, Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) pada kesempatan yang sama.
Bila sudah terdeteksi tidak segera ditangani, hepatitis akan menahun dan menetap dalam tubuh hingga akhirnya mulai menyerang hati (kanker hati atau sirosis). Tiap tahun, data di Indonesia menyebutkan bahwa 5 persen penderita hepatitis berisiko sirosis.
“Selain kanker hati, penderita bisa meninggal karena muntah darah ataupun koma hepatitik di mana kesadaran menurun akibat racun dari usus naik ke otak. Biasanya orang datang ke rumah sakit setelah kayak gitu,” tukasnya.
Pencegahan jalan lebih murah
Selain hubungan seksual dengan orang dan alat-alat pribadi yang terinfeksi virus hepatitis, virus bisa menular lewat proses kelahiran seorang bayi dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis . Namun, virus hepatitis tidak menular melalui berjabatan tangan, berpelukan, ciuman, batuk, bersin, peralatan makan dan minum, makanan dan minuman, serta mendonasikan darah.
Sementara, beberapa tindakan pencegahan dari virus hepatitis B dan C, di antaranya:
1. Hindari kontak dengan darah penderita, lewat jarum suntik, transfusi produk-produk darah, pemakaian narkoba, pisau cukur
2. Gaya hidup sehat/bersih
3. Tidak gonti-ganti pasangan
4. Vaksinasi hepatitis B
5. Hindari tato dan tindik tubuh
6. Hindari mencukur rambut di barbershop kecuali Anda yakin bahwa alat pencukurnya benar-benar steril
7. Lakukan seks yang aman sebab tidak ada vaksin untuk hepatitis C!
8. Bila Anda adalah seorang pekerja kesehatan, pastikan Anda melakukan tindakan-tindakan pencegahan yang standar. (Okz/Git)
Advertisement
- Recent Posts
- Comments
Masih Proses, Mohon Sabar :D
Sponsored By :Blog Davit.


0 komentar