Momentum HUT Ke-66 Tentara Nasional Indonesia


MEMANFAATKAN momentum HUT Ke-66 Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 5 Oktober 2011, rasanya kita perlu melakukan perenungan dan refleksi diri tentang sumbangsih korps itu terhadap bangsa dan negara.

Saat ini wawasan kebangsaan pada diri anak bangsa cenderung mengalami kemunduran atau lebih tegas lagi hampir pudar. Ikatan nilai-nilai kebangsaan yang berhasil mempersatukan bangsa ini makin longgar. Karena itu, sepatutnya kita kembali memantapkan nilai-nilai kebangsaan yang mengendur itu. Kita perlu mengonstruksikan landasan yang kuat dan konsepsional guna kembali membangun persatuan dan kesatuan bangsa serta jiwa nasionalisme, yaitu wawasan kebangsaan.

Bila dibiarkan, longgarnya wawasan kebangsaan dalam diri anak-anak bangsa bisa mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebenarnya wawasan kebangsaan sudah dicetuskan oleh seluruh pemuda Indonesia dalam satu tekad pada tahun 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Saat ini, menghadapi kondisi negara yang serbakompleks kita harus tetap bersatu untuk bersama-sama bangkit mengatasi semua permasalahan.

Membahas soal wawasan kebangsaan, kita harus memulainya dari nilai-nilai yang dibangun para pendahulu dan pendiri bangsa ini. Mereka telah menanamkan nilai-nilai persatuan dengan mencetuskan Sumpah Pemuda, yang kemudian menjadi embrio wawasan kebangsaan, yaitu satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Makna wawasan kebangsaan memang belum begitu populer dalam kehidupan masyarakat sehingga sampai saat ini belum ada rumusan baku, mengingat sifatnya yang abstrak dan dinamis.
Masyarakat intelektual, termasuk pakar, lebih tertarik dan mementingkan nilai-nilai universal ketimbang nilai-nilai nasional. Akibatnya, rumusan pengertian wawasan kebangsaan sangat beragam dan sulit dipahami oleh masyarakat awam. Sejatinya wawasan kebangsaan perlu dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya oleh kelompok tertentu. Dengan demikian wawasan kebangsaan akan punya makna dan menyentuh langsung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Semangat Kebangsaan

Semua itu, perlu semangat kebangsaan atau nasionalisme, yang merupakan perpaduan atau sinergi rasa kebangsaan dan paham kebangsaan.
Kondisi semangat kebangsaan atau nasionalisme bangsa akan terpancar dari kualitas dan ketangguhan suatu bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman.

Contohnya, beberapa negara dunia ketiga atau negara berkembang yang terkena sanksi embargo Dewan Keamanan PBB, nyatanya sampai sekarang masih bertahan dan mampu hidup, karena mereka memiliki semangat kebangsaan yang mantap.

Berbicara semangat kebangsaan, kita tidak bisa lepas dari sejarah bangsa, antara lain peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan 15 Desember 1945 di Ambarawa Kabupaten Semarang.
Semangat kebangsaan diwujudkan dalam semboyan merdeka atau mati, yang menjadi motivasi kuat untuk mempertahankan NKRI dengan Pancasila sebagai dasar negara.

Prajurit TNI harus membentuk, memelihara, dan memantapkan motivasi itu sehingga rela mati demi NKRI. Kita menyadari bahwa kondisi bangsa yang majemuk dan berlatar bhinneka tunggal ika memerlukan pengelolaan yang baik sehingga tidak melahirkan ancaman bagi keutuhan dan kesatuan bangsa.
Semangat kebangsaan yang mengalir kuat dalam diri prajurit TNI dapat ditularkan kepada masyarakat melalui interaksi yang baik pula. Tiap prajurit diharapkan mampu mentransformasikan semangat kebangsaan kepada masyarakat sebagai perekat kesatuan.

Dengan modal semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran munculnya ancaman terhadap   keutuhan dan kesatuan bangsa dapat dihindari. Dari semangat kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial dan semangat rela berkorban yang dapat menumbuhkan patriotisme. Tiga hal itu saling berkaitan dan mempengaruhi, serta harus berjalan secara simultan.

Pertama; rasa kesetiakawanan sosial akan mempertebal semangat kebangsaan suatu bangsa. Kesetiakawanan sosial mengandung makna ada rasa satu nasib dan sepenanggungan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hadirnya rasa kepedulian terhadap sesama yang sedang mengalami kesulitan akan mewujudkan rasa kebersamaan sebagai anak bangsa.

Kedua; semangat rela berkorban, dalam arti kesediaan berkorban demi kepentingan yang lebih besar, atau demi negara dan bangsa, yang terbukti mengantarkan telah bangsa kita ke gerbang kemerdekaan. Tak terhitung kusuma bangsa yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai bangsa yang besar sepatutnya semua pihak menghormati pahlawan pejuang kemerdekaan.

Semangat rela berkorban tidak hanya pada saat berjuang menggapai kemerdekaan tetapi sekarang kita juga mendambakan sikap rela berkorban untuk kepentingan bangsa dalam pembangunan. Kita akui, saat ini semangat berkorban di kalangan anak bangsa telah mengalami erosi. Yang ada adalah rela mengorbankan orang banyak demi kepentingan pribadi, kelompok, ataupun golongan.

Ketiga; jwa patriotik. Bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuan, selain harus memiliki semangat rela berkorban, juga harus mempunyai jiwa patriotik tinggi. Jiwa patriotik akan melekat pada diri seseorang, manakala ia tahu untuk apa berkorban. Bagi prajurit TNI, khususnya di Kodam IV/ Diponegoro, jiwa patriotik itu hendaknya mendarah daging dalam semua sendi kehidupan. Dalam keadaan apapun prajurit jangan ragu melaksanakan tugas karena semuanya demi kepentingan negara dan bangsa.
Terkait dengan tiga hal pokok itu, anggota TNI perlu menghayati esensi dari beberapa atensi sebagai berikut. Pertama; perlu terus menumbuhkan pengertian arti pentingnya wawasan kebangsaan sebagai alat pemersatu bangsa dalam kehidupan sehari-hari di tengah rakyat, yang berbeda latar belakang suku, agama, ras, dan adat istiadatnya.

Kedua; menghayati dan memahami secara utuh butir-butir dari wawasan kebangsaan, yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat kebangsaan, yang merupakan jiwa bangsa Indonesia dan pendorong tercapainya cita-cita bangsa. Ketiga; terus-menerus membina semangat kebangsaan, persatuan, dan kesatuan bangsa di lingkungan kita, dalam upaya mewujudkan kemanunggalan TNI dengan rakyat, yang bisa menjadi kekuatan dahsyat bagi suatu bangsa.
Akhirnya, kita bersepakat untuk masuk pada satu kata kunci, yakni wawasan kebangsaan Indonesia merupakan sebuah alat pemersatu bangsa, sekaligus sumber motivasi dalam upaya mempersatukan bangsa yang mejemuk ini. (10)

— Mayor Inf Ir Susanto MSi, Kasi Penum Pendam IV/Diponegoro

Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply