Pengunjung Bisa Bakar Sate Sendiri


ADUH, ini satenya sudah matang belum ya?" tanya Tiara salah satu pengunjung kepada pramusaji.
"Wah, itu sudah matang dari tadi mbak. Lihat saja daging satenya hampir gosong. Hati-hati mbak jangan lama-lama. Sebentar saja daging sate sudah matang," jawab pramusaji itu.
Di depan mejanya, mahasiswa Undip itu membakar sendiri sate sapi yang ia pesan. Perlahan, belasan tusukan daging sapi yang sudah tersaji ia balut dengan bumbu kecap. Kemudian, satu per satu tusukan sate itu dibakar di atas mejanya. Keringatnya pun mulai mengucur di pelipisnya karena kepanasan. Asap sate yang mengepul pun tak dihiraukannya.
Wanita yang membawa serta teman-temannya itu tak membutuhkan jasa tukang sate untuk membakar sate pesanannya. Jika biasanya sate dibakar dengan api dan arang, ia justru membakar sate dengan batu vulkanik (lava stone). "Asyik juga membakar sate sendiri. Kita bisa membakar sendiri sesuai selera," ungkapnya.
Tiara adalah salah satu pengunjung yang menjajal metode baru membakar sate di Sate House Sriwijaya Jalan Imam Bonjol 184 Semarang, baru-baru ini. Ya, warung sate yang dibuka sejak 32 tahun itu, kini memperkenalkan cara baru yang unik. Yaitu sensasi mematangkan sate di atas meja sendiri dengan menggunakan lava stone.
Metode baru ini pertama disediakan Sate House Sriwijaya mulai pekan lalu. Pengunjung diperkenankan membakar sate sendiri di atas mejanya. Seperangkat meja itu telah dilubangi tengahnya untuk menempatkan kompor yang berisi lava stone. Kemudian dengan bantuan pemantik, api akan menyala dipicu lewat lubang gas yang berasal dari bawah kompor. Selang lima menit, batuan impor asal Cina itu akan panas dan sate bisa dibakar di atasnya.
Tersedia tiga jenis sate yang disajikan yaitu sate ayam, sate sapi dan sate kambing. Harga yang dipatok untuk satu porsinya relatif murah hampir sama dengan sate biasanya yang membakar dengan arang yakni Rp 20.000 untuk sate ayam, sate kambing Rp 28.000 dan sate sapi dijual Rp 24.000.
drh E Nugroho pemilik Sate House Sriwijaya menuturkan, pelanggan diperkenankan membakar sendiri sate yang disajikan dengan menggunakan lava stone. "Ini menjadi warung sate satu-satunya dan pertama di Indonesia yang membakar sate dengan batu vulkanik. Sebagian besar saat ini masih menggunakan arang," kata dia.
Menurut dia, lava stone tersebut memiliki beberapa keunggulan. Batu yang biasanya ditemukan di sekitar kawasan aktivitas gunung berapi yang tinggi itu terbukti ramah lingkungan karena saat dibakar tidak menghasilkan abu sama sekali. Pembakarannya juga lebih merata hingga ke dalam daging.
Sate yang dibakar tidak memerlukan waktu lama hanya sekitar 2-3 menit saja sudah matang. Hasil olahannya pun lebih sehat karena tidak menimbulkan zat karsinogen (pada daging) yang memicu penyakit kanker.
Selain itu tingkat kematangan pun sempurna menyerupai hasil sate yang dibakar dengan arang. "Batu andesit ini tidak akan menghasilkan abu. Batu ini juga tidak akan pernah susut. Jadi dari segi keuangan pun kita juga hemat," terang Nugroho.
Manager Sate House Sriwijaya Willy Hartanto menambahkan, menu baru dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-32 Sate House Sriwijaya ini merupakan salah satu upaya meningkatkan jumlah pelanggan. Saat ini rata-rata jumlah pengunjung sebanyak 75 orang per hari. Ia berharap dengan metode baru ini, jumlah pelanggan semakin meningkat.
"Menu andalan kami masih sate kambing, sate ayam dan sate kambing. Ke depannya, akan ditambah lagi sate kelinci untuk variasi menu. Daging kelinci dipilih karena tekstur dagingnya lebih halus, mempunyai kandungan protein yang tinggi serta rendah kolesterol," pungkasnya.
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply