BENCANA ALAM -- Kondisi geografis Wonogiri membuat wilayah tersebut rawan bencana alam di berbagai lokasi, salah satunya adalah tanah retak seperti yang terjadi Dawungan, Jatiroto, Maret lalu. (Espos/Suharsih).
“Kami masih menunggu laporan dari bawah. Setiap laporan bencana alam akan kami tindak lanjuti dengan pengiriman bantuan Sembako langsung ke korban,” ujar Suharno. Lebih lanjut Suharno berharap cuaca ekstrem tidak menimbulkan bencana alam di Kota Gaplek. Menurutnya, kejadian bencana alam selama cuaca ekstrem setiap bulan paling sedikit sebanyak 64 kejadian. “Hingga Mei, kejadian bencana alam sebanyak 581 kejadian dengan dana bantuan yang telah terserap senilai Rp 116,5 juta,” ujarnya.
Hal senada dikemukakan, Kasubid Balinmas Bakesbangpol dan Linmas, Wonogiri, Suraji. Dia mengaku baru menerima laporan kejadian bencana alam di dua kecamatan, yakni di Kecamatan Tirtomoyo dan Selogiri. Padahal di akhir pekan lalu, banjir juga merendam 30-an rumah warga Dusun Sambeng dan Ngropoh, Desa Kulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri. “Laporan tertulis belum semua masuk, hanya lewat SMS. Kami masih menunggu laporan resmi. Yang jelas, kami telah berkoordinasi dengan Dinsos,” ujarnya.
Berdasar catatan Espos kerugian akibat bencana alam akhir pekan lalu atau pekan pertama Mei tahun ini senilai lebih dari Rp 300 juta. Kerugian di Desa Kepatihan, Selogiri senilai Rp 100 juta, di Desa Keloran, Selogiri senilai Rp 200 juta dan kerugian di Desa Ngarjosari, Tirtomoyo senilai Rp 30-an juta. Kejadian di Desa Kulurejo, Nguntoranadi belum terdata.(solopos.com)


0 komentar