Permintaan sapi asal Wonogiri kini meningkat, sebagai dampak merebaknya kasus antraks yang terjadi pada ternak sapi di wilayah Sragen dan Boyolali.
Tak hanya itu, Kepala Disnakperla Wonogiri, Rully Pramono Retno mengungkapkan harga sapi di Wonogiri belakangan juga naik 10-20 persen. Menurut Rully, saat kasus antraks di Boyolali merebak, perdagangan sapi di Wonogiri memang sempat agak menurun. Harga sapi siap potong yang tadinya Rp 10 juta-Rp 14 juta/ekor turun jadi Rp 6 juta-Rp 9 juta/ekor.
“Tapi tak lama kemudian mulai banyak pedagang sapi yang beralih ke Wonogiri. Permintaan sapi meningkat, begitu pula harganya. Sekarang harganya Rp 7 juta-10 juta/ekor,” kata Rully, Kamis (26/5). Didampingi Kabid Peternakan, Gatot Siswoyo dan salah satu staf di Bidang Kesehatan Hewan, Rully mengatakan salah satu fakta yang menggembirakan adalah permintaan dari luar Pulau Jawa, khususnya Sumatera. Selama lima bulan terakhir, sebanyak 427 ekor bibit sapi telah dikirim ke Sumatera. Padahal sebelumnya tidak pernah ada permintaan dari wilayah itu. Sedangkan ke daerah-daerah di Pulau Jawa, biasanya Wonogiri hanya mengirim rata-rata kurang dari 100 ekor per bulan, kini berkisar antara 100-150 ekor per bulan. “Dari informasi yang saya terima, pedagang dari luar Jawa banyak mengambil dari Boyolali dan Sragen tapi sekarang mereka banyak yang beralih ke Wonogiri,” kata Rully.
Sementara untuk kasus antraks, Rully memastikan saat ini Wonogiri masih aman. Pihaknya juga terus meningkatkan pengawasan terhadap sapi-sapi yang keluar masuk Wonogiri. Menurut Rully, Wonogiri cukup beruntung karena bisa memenuhi sendiri kebutuhan akan sapi dan daging sapi sehingga tidak membutuhkan banyak pasokan dari luar. “Daging sapi yang beredar di Wonogiri tidak ada yang berasal dari Sragen. Kebanyakan dipenuhi dari Wonogiri sendiri dan sebagian kecil dari Boyolali. Tapi pasokan dari Boyolali juga terus menurun. Dari sebelumnya 4-5 kuintal per hari, setelah ada kasus antraks tinggal 1,5 kuintal per hari,” jelas Rully.
Ditambahkan Kabid Peternakan, Gatot Siswoyo, penurunan pasokan daging asal Boyolali juga merupakan imbas dari makin efektifnya operasi daging glonggongan. “Sebenarnya bisa dibilang, turunnya permintaan daging asal Boyolali di Wonogiri terjadi secara alamiah. Konsumen semakin sadar akan kesehatan daging, mahal sedikit tidak apa yang penting kualitasnya bagus. Sehingga lama kelamaan, daging sapi asal Boyolali yang kebanyakan semiglonggongan mulai ditinggalkan,” kata Gatot.
Menurut Gatot, daging sapi asal Boyolali sangat mudah dibedakan dengan daging sapi asli Wonogiri. Daging asal Boyolali itu bahkan hampir tidak bisa dibuat bakso.
Advertisement
- Recent Posts
- Comments
Masih Proses, Mohon Sabar :D
Sponsored By :Blog Davit.
0 komentar