Harga tomat yang turun drastis dari Rp 5000 menjadi Rp 500 per kilogram membuat petani mengalami rugi besar. Hal itu dialami Sunarto (54) yang sawahnya seluas 2.500 meter persegi sedang panen tomat di sawahnya yang menghasilkan 4 ton tomat hijau tua dengan kualitas baik.
''Saya kaget saat pengepul menawar Rp 500, karena itu harga yang berlaku di sawah saat ini. Namun saya juga maklum karena semua petani juga dihargai segitu,'' kata warga Dukuh Tuban Kulon, Desa Manjung, Kecamatan Ngawen itu di tempat kerjanya, Klaten, Rabu (12/10/2011).
Dari penawaran tersebut, dia memperoleh pembayaran untuk seluruh tomatnya yang tomat baru bisa dipanen tiga bulan lagi sebesar Rp 2 juta. Namun uang tersebut masih dipotong biaya tenaga untuk panen dan lainnya, maka Sunarto hanya mengantongi pendapatan bersih Rp 1,5 juta.
“Modal yang saya keluarkan mencapai Rp 8 juta, meliputi bibit, pupuk, obat-obatan serta untuk bayar tenaga dan pemeliharaan. Saya rugi, sama seperti dengan sejumlah petani lain di desa saya,'' ungkap Sunarto.
Dia memilih menanam tomat, karena saat menanam harga komiditas itu mencapai Rp 5000/kg. Selain itu lahan di daerahnya tak bisa ditanami padi bila musim kemarau. Apalagi, tanaman padinya juga pernah terserang hama wereng batang coklat yang membuatnya gagal panen hingga dua musim.
Harga tomat juga turun di pasaran. Harga tomat di pasar Klaten berkisar Rp 2.000 sampai Rp 3.000/kg dengan mutu bagus. Namun harga
tomat sempat melambung hingga kisaran Rp 7.000/kg beberapa bulan lalu.
tomat sempat melambung hingga kisaran Rp 7.000/kg beberapa bulan lalu.
"Saat ini harga tomat memang sedang turun. Tomat yang bagus saja cuma Rp 3.000/kg," kata Sudarmi warga Ngrundul, Kebonarum yang biasa belanja di Pasar Gayamprit yang memiliki warung nasi itu.
0 komentar