Stasiun KA Wonogiri Tak Beroperasi Lagi


Sejak lima bulan lalu, Stasiun Wonogiri tidak beroperasi. Pasalnya, tidak ada satu kereta pun yang singgah di stasiun tersebut.
Hingga kini, pengoperasian railbus yang akan menggantikan kereta feeder pun belum dapat dipastikan. Alhasil, stasiun tersebut sama sekali tidak memperoleh pendapatan dari penumpang.
Kepala Stasiun Wonogiri Sarjiyana mengatakan akibat tidak ada kereta yang singgah, tidak ada pemasukan dari penjualan tiket kereta. ”Stasiun Wonogiri tidak boleh melayani penjualan tiket. Karena penjualan tiket harus di stasiun besar yang sudah online. Di antaranya Stasiun Balapan, Purwosari, dan Jebres. Kalau Stasiun Wonogiri belum online,” katanya.
Dia menuturkan, saat stasiun masih disinggahi kereta feeder, jumlah penumpang yang berangkat dari stasiun paling sedikit mencapai 25 orang per hari. Di hari Minggu, jumlahnya bahkan lebih dari 200 orang. ”Kalau hari minggu sangat penuh, bisa lebih dari 200 penumpang,” ujarnya.
Saat itu, tarif kereta api jurusan Wonogiri-Solo Rp 2.000 per orang. Jika jumlah penumpang diasumsikan mencapai 200 orang per hari, maka stasiun itu telah kehilangan pendapatan Rp 200.000 per hari. Pihaknya belum bisa memastikan sampai kapan stasiun tersebut terus ”menganggur”. Saat ini, belum ada kesepakatan besaran tarif antara PT KA dengan Pemkot Surakarta. Di samping itu, rel kereta dari Solo-Wonogiri masih dalam perbaikan.
Perbaikan peralatan jalan kereta api kini baru mencapai ruas Nguter-Sukoharjo. Sementara, ruas Nguter-Wonogiri masih belum selesai. Di antaranya masih perlu banyak tambahan krisak (batu) untuk lapisan fondasi rel, serta pemasangan blok rel.
Sementara itu, jembatan kereta di Nguter, perbatasan Sukoharjo-Wonogiri juga masih dibangun.
”Di jalur Nguter-Sukoharjo masih dalam perbaikan peralatan jalan memakai mesin pocok,” katanya.
Humas PT KA Daops VI Eko Budiyanto saat diminta tanggapannya mengakui, jika Stasiun Wonogiri belum bisa beroperasi lagi karena tidak ada kereta api yang singgah sejak lima bulan lalu.
”KA feeder dihentikan, karena usianya sudah tua. Jika dipaksakan tetap beroperasi, terlalu berisiko. Jika terjadi apa-apa, yang disalahkan PT KA. Padahal saat ini, kami mengutamakan pelayanan, kenyamanan dan keselamatan di perjalanan, daripada mengedepankan profit,” katanya.
Sedangkan untuk railbus, yang rencana awalnya digunakan untuk melayani rute Solo-Wonogiri, sampai saat ini juga belum bisa dioperasikan karena jembatan di Nguter tidak mampu menahan tonase jika dilewati railbus.
”Kami tidak mau jika railbus dipaksakan beroperasi, tapi malah menimbulkan kecelakaan karena jembatan tidak mampu menahan bobot railbus,” tandasnya.
Perbaikan
Sampai saat ini, jembatan tersebut belum diperbaiki. Perbaikan itu diperlukan agar nantinya bisa menahan bobot railbus saat dilewati. Eko belum bisa memastikan kapan perbaikan dilakukan. ”Mungkin secepatnya,” tegasnya.
Sedangkan untuk perbaikan rel, untuk jalur antara Solo-Sukoharjo sudah selesai perbaikannya. Sementara jalur Sukoharjo-Wonogiri sudah mulai diperbaiki.
”Yang jelas, kami tidak mengabaikan Stasiun Wonogiri sebab potensi penumpang kereta di Wonogiri tinggi. Termasuk jalur gemuk, karena banyak penumpang dari kabupaten tersebut. Namun kami meminta masyarakat bersabar, karena perbaikan belum selesai dilakukan. Jika sarana prasarana sudah siap semua, nanti jalur kereta hidup lagi,” imbuhnya.
Sepinya Stasiun Wonogiri juga dikeluhkan sejumlah pedagang. Pendapatan mereka jauh berkurang. ”Dulu, pas keretanya masih ada, saya bisa dapat Rp 60.000 sehari. Tetapi sekarang cuma dapat Rp 10.000-15.000 sehari,” keluh Sadinem (68), pedagang jajanan Stasiun Wonogiri.
Perempuan yang telah berdagang selama puluhan tahun itu mengungkapkan, saat masih ramai Stasiun Wonogiri disinggahi kereta hingga tiga kali sehari.
”Banyak bakul yang pakai kereta. Mereka kulakan di Wonogiri lalu dijual di Solo. Kalau Minggu pasti penuh,” tuturnya.
Kondisi itu sangat disayangkan, ketua komisi B DPRD Wonogiri, Sugiyarto. Menurutnya, Stasiun Wonogiri mendesak difungsikan lagi. Sebab, stasiun itu menunjang interaksi desa dengan kota atau Wonogiri dengan Solo. ”Sangat disayangkan, karena segmen utama kereta api adalah pedagang-pedagang kecil. Mereka membutuhkan sarana transportasi dengan biaya yang kecil. Sementara untuk masalah tehnis biar PT KA yang menangani,” ujarnya.
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply