Tangan Adi Sucipto mengalun ke daun pintu rumah milik Niken, yang dihuni Hendro Yunanto dan Endra Wahyuningsih, Sabtu (14/5) siang. Ketukan beberapa kali itu pun membuahkan hasil. Pintu dibuka Endra, tapi dalam sekejap ia masuk ke salah satu ruang rumah itu.
Setelah berkomunikasi beberapa saat, Adi Sucipto, Lurah Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, memanggil tukang becak. Endra dan dua anaknya yang masih kecil keluar dari balik pintu. ” Keluar kalian semua!” teriak Endra untuk mengusir warga yang mengerubungi rumah kontrakannya itu.
Dengan pakaian jubah warna ungu dan bercadar, dia naik becak bersama dua anaknya. Emosinya masih labil, sehingga satu warga terpaksa ikut naik becak untuk menenangkan Endra. Mereka diantar dengan becak menuju sebuah rumah kosong di Cemani, Sukoharjo.
Endra adalah istri terduga teroris, Hendro Yunanto, yang sejak dini hari mengurung diri setelah kabar suaminya tewas tertembak Densus 88 tersiar luas.
Di rumah kontrakan milik Niken, di RT 2 RW X, Ngronggah, Sanggrahan, Grogol Sukoharjo itulah, dia hidup empat bulan ini bersama Hendro dan dua anaknya. ”Kontraknya satu tahun Rp 4,5 juta. Tapi baru ditempati empat bulan ini,” kata Ny Sularno, tetangga Endra.
Menurutnya, selama bertetangga, keluarga Hendro sangat tertutup. ”Belum pernah berkumpul dengan kami, tidak pernah menyapa, di rumah terus. Kalau anak-anaknya memang main bersama anak-anak sini,” ujarnya.
Dia mengaku sudah curiga dengan keberadaan Hendro selama ini. Menurutnya Hendro saban harinya berjualan es gabus, sedangkan Endra berjualan makaroni goreng. ”Kalau malam kadang Hendro keluar, pulang subuh. Kadang juga ada temannya di luar,” katanya.
Meski sudah empat bulan jadi tetangga, dia justru baru tahu jika laki-laki yang jadi tetangganya itu bernama Hendro. ”Saya baru tahu jika namanya Hendro, lha gimana wong nggak pernah mengenalkan diri. Yang perempuan tidak tahu namanya, anaknya panggil Umi, kalau dengan bapaknya panggil Abi,” katanya.
Kecurigaan lainnya adalah soal identitas Hendro. ”Ketua RT sudah sering kali menegur, karena mereka belum menunjukkan KTP dan KK, padahal sudah beberapa bulan tinggal. Ini aneh,” katanya.
Lurah setempat, Adi Sucipto mengaku juga sudah menerima laporan dari RT tentang keanehan pada diri keluarga Hendro. ”Domisili asal mereka saya tidak tahu, karena Ketua RT mau minta KTP dan KK saja belum ditunjukkan,” katanya.
Setelah berkomunikasi beberapa saat, Adi Sucipto, Lurah Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, memanggil tukang becak. Endra dan dua anaknya yang masih kecil keluar dari balik pintu. ” Keluar kalian semua!” teriak Endra untuk mengusir warga yang mengerubungi rumah kontrakannya itu.
Dengan pakaian jubah warna ungu dan bercadar, dia naik becak bersama dua anaknya. Emosinya masih labil, sehingga satu warga terpaksa ikut naik becak untuk menenangkan Endra. Mereka diantar dengan becak menuju sebuah rumah kosong di Cemani, Sukoharjo.
Endra adalah istri terduga teroris, Hendro Yunanto, yang sejak dini hari mengurung diri setelah kabar suaminya tewas tertembak Densus 88 tersiar luas.
Di rumah kontrakan milik Niken, di RT 2 RW X, Ngronggah, Sanggrahan, Grogol Sukoharjo itulah, dia hidup empat bulan ini bersama Hendro dan dua anaknya. ”Kontraknya satu tahun Rp 4,5 juta. Tapi baru ditempati empat bulan ini,” kata Ny Sularno, tetangga Endra.
Menurutnya, selama bertetangga, keluarga Hendro sangat tertutup. ”Belum pernah berkumpul dengan kami, tidak pernah menyapa, di rumah terus. Kalau anak-anaknya memang main bersama anak-anak sini,” ujarnya.
Dia mengaku sudah curiga dengan keberadaan Hendro selama ini. Menurutnya Hendro saban harinya berjualan es gabus, sedangkan Endra berjualan makaroni goreng. ”Kalau malam kadang Hendro keluar, pulang subuh. Kadang juga ada temannya di luar,” katanya.
Meski sudah empat bulan jadi tetangga, dia justru baru tahu jika laki-laki yang jadi tetangganya itu bernama Hendro. ”Saya baru tahu jika namanya Hendro, lha gimana wong nggak pernah mengenalkan diri. Yang perempuan tidak tahu namanya, anaknya panggil Umi, kalau dengan bapaknya panggil Abi,” katanya.
Kecurigaan lainnya adalah soal identitas Hendro. ”Ketua RT sudah sering kali menegur, karena mereka belum menunjukkan KTP dan KK, padahal sudah beberapa bulan tinggal. Ini aneh,” katanya.
Lurah setempat, Adi Sucipto mengaku juga sudah menerima laporan dari RT tentang keanehan pada diri keluarga Hendro. ”Domisili asal mereka saya tidak tahu, karena Ketua RT mau minta KTP dan KK saja belum ditunjukkan,” katanya.
0 komentar