Musim puasa Ramadhan juga menjadi berkah bagi perajin batik. Permintaan kain batik untuk kebutuhan lebaran naik hingga 100 persen.
Endang Wilujeng, perajin batik Dusun Gatak, Donokerto, Turi mengaku kewalahan untuk memenuhi permintaan. "Kalau bulan-bulan biasa itu hanya ada 30 permintaan. Namun, awal puasa ini ada 200 permintaan. Makanya saya kewalahan," ungkapnya saat ditemui di Rumah Batik Sekar Turi, Sleman miliknya, Kamis (4/8).
Motif kain batik yang banyak diburu ialah batik campursari, yakni batik campur antara cap dengan tulis. "Batik Campursari memang menjadi andalan kami. Proses pembuatan juga rumit. Makanya kami kewalahan untuk memenuhi," imbuh Endang.
Kendala tersebut, lanjut Endang, lebih pada keterbatasan sumber daya manusia. Sejauh ini, rumah batik miliknya baru memiliki 15 pekerja. "Padahal, untuk membuat satu kain batik campursari ini butuh waktu lama. Dicelup berkali-kali, diwarnai berkali-kali, kemudian dilorot berkali-kali baru finishing dengan tulis," paparnya.
Permintaan batik di bulan puasa ini, terang Endang, justru banyak dari luar daerah. Seperti Jakarta dan Semarang. "Yogyakarta juga ada. Sedang untuk yang ke luar negeri, saya baru menjajaki Singapura. Soalnya, usaha saya baru 1,5 tahun," imbuhnya.
Kain batik buatannya dihargai antara Rp 125 ribu hingga Rp 2,5 juta tergantung jenis kain dan modelnya. Meski tergolong mahal, namun permintaan tidak pernah surut. "Saya juga mengharapkan adanya dukungan dari pemerintah. Khususnya dalam hal karya pameran supaya bisa lebih mendunia," ungkap Endang.
Permintaan Batik Campursari Naik Tajam
1 komentar
Leave a Reply
5 Agustus 2011 pukul 05.22
kiss saur om silakan dicek :D
ditunggu kiss baliknya om :D