Jogja Fashion Week, Ajang Adu Kreasi Perancang Busana

Gelaran Jogja Fashion Week sepertinya benar-benar menjadi ajang adu kreasi dan keberanian bereksprimen para perancang busana. Seperti yang ditampilkan Rory Wardana dari rumah mode Poesponingrat, Solo, Jawa Tengah. Kali ini Rory berkreasi dengan teknik painting yang ia torehkan pada kebaya rancangannya. 

Dari olah kreasi dan teknik painting yang dipadukan dalam kain lice, sifon dan sutra, busana-busana yang ia konsep dalam exotica drupadi ini tak sekadar eksotis tapi feminim konvensional.

Eksperimen juga dilakukan Eny Kurniawati dalam rancangannya yang berkonsep pose on stage. Perancang dari rumah mode House of Eny, Yoyakararta, ini dengan berani menggunakan kain limbah atau perca batik dan lurik sebagai material busana yang efisien dan eksentrik dengan karakter yang feminis-etnik.

Sementara itu Fery Setiawan dari rumah mode Bajoekoe, Semarang, mengeluarkan kebaya glamor yang memadukan unsur victorian dan kebaya tradisional. Unsur-unsur mode pakaian barat muncul dari pola panjang nan elegan dari setiap rancangannya meski tetap menggunakan kain-kain tradisional seperti batik dan tenun.

Bagi para perancang gelaran Jogja Fashion Week benar-benar dimanfaatkan para perancang untuk bereksperimen dengan tetap menjaga unsur tradisi budaya bangsa.

Dengan keberanian bereksperimen karya-karya yang lahir memang sangat bervariatif. Seperti karya Uzi Fauziah dari Batik Damarjati Solo yang menampilkan beragam busana dengan konsep gloyor of glory. Dalam rancangannya ini Uzi memaksimalkan tenun yang menghasilkan busana berkarakter casual, entic dan coctail.

Begitupun rumah Batik Madong yang tetap eksis dengan konsep busana siap pakai yang memaksimalkan motif beragam batik dalam aneka bahan lembut, seperti sutra dan sifon. Cerita Abu Nawas juga mampu menjadi inspirasi Khanan Luza, perancang asal
Pekalongan. Ia memadukan sutra dan sifon menjadi pakaian yang feminim konvensional. Sementara itu, Wulan Utoyo dari Batang menampilkan batik Pekalongan dalam warna-warna cerah dalam busana malam yang etnik.

Jogja Fashion Week malam ketiga, Senin (7/11), diakhiri dengan tampilnya rancangan-rancangan tunggal dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia Yogyakarta (APPMI), busana-busana yang ditampilkan benar-benar menunjukkan totalitas dalam berkreasi sehingga memunculkan karakter busana yang elegan, anggun dalam tampilan yang feminis nan glamour.(IAN)
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

1 komentar

Leave a Reply