Penganan berbahan singkong beraneka ragam jenisnya, salah satunya romeo. Kelompok Tani Mawar, Dusun Ngasem, Desa Paranggupito, Kecamatan Paranggupito, membuat makanan tersebut.
Makanan yang berbentuk lingkaran dan tipis itu, setelah diberi bumbu dan digoreng mengundang selera. Bahkan, setelah mencicipi satu, rasanya ketagihan untuk menghabiskannya.
Cara membuatnya tergolong mudah. Singkong yang baru dipanen, kemudian dikupas terus dicuci dan selanjutnya diparut. Hasil parutan lalu, terus diberi bumbu dan diaduk. Bumbu juga simpel, hanya ketumbar, bawang putih dan garam.
Adonan yang sudah jadi lantas diambil dan ditata di atas tutup panci atau piring alumunium. Yang unik, setelah itu adonan diletakkan di atas uap air yang sudah mendidih dengan cara memasang piring atau tutup panci terbalik di atas periuk. Intinya, proses mematangkan adonan dibantu dengan panas dari uap air mendidih.
Setelah sekitar tiga atau lima menit, baru adonan yang dicetak tadi matang. Setelah dilepaskan, lempengan romeo yang sudah jadi dijemur. Saat kering, siap untuk digoreng.
Ketua Kelompok Tani Mamar, Mulyani mengatakan satu kilogram singkong bisa terbentuk sekitar 40 lempeng. Penjualannya pun dengan sistem bijian. Setiap sepuluh romeo dijual Rp 1.000.
“Penjualan hanya lokal di Paranggupito. Untuk sampai dijual keluar, kami terkendala pemasaran. Lagi pula alat yang dipakai masih tradisional, sehingga untuk memarut masih mengandalkan parut biasa. Dan masaknya juga satu-satu. Belum ada temuan atau ide untuk membuat romeo lebih dari satu dalam satu kali pemasakan,” jelasnya, akhir pekan lalu.
Pembuatan romeo ini pun tergantung dari cuaca. Saat musim hujan, singkong jarang dibuat romeo namun dijual langsung. Baru saat musim kemarau warga banyak membuat romeo.