”Dhemit” dan Bocah-bocah Itu Tidak Merestui Mal Bekas Es Sari Petojo

Kamis(14/7), menjelang Magrib, di taman bermain belakang bekas Pabrik Es Sari Petojo, mendadak muncul makhluk-makhluk aneh. Beberapa di antaranya, berdandan menyerupai ”demit” atau makhluk halus, yang mengklaim sebagai penunggu bangunan kuno itu.
Dengan mengusung berbagai poster, ”dhemit-dhemit” itu memprotes pembongkaran bangunan zaman Belanda tersebut. Para ”dhemit” itu merupakan aksi dari warga Paguyuban Warga Jantirejo (Pawarjan) yang resah karena tempatnya dirusak untuk proyek mal.
Pawarjan menilai, pembongkaran yang dilakukan UD Trontong Indah itu tidak permisi dulu dengan ”penghuni” dan warga di sekitar lahan Sari Petojo. Aksi bertajuk Happening Art Munculnya Demit Sari Petojo digagas, Albicia Hamsyah, koordinator aksi damai mendukung penyelamatan situs Sari Petojo.
Lewat aksi itu, katanya, warga ingin menggambarkan kekecewaan terhadap rencana pembangunan mal di Sari Petojo. Dengan memperagakan ”demit”, mereka seolah ingin mengungkapkan, jika dari  ”dunia lain” pun tidak merestui proyek mal.
Para ”demit” itu, beraksi dengan mengusung poster bertuliskan jeritan mereka. ”Ini adalah bagian dari ekspresi kegelisahan dari para ”demit” di Sari Petojo karena pembongkaran sebuah situs budaya yang dilakukan tanpa ada koordinasi yang jelas dari pihak investor dengan Pemkot Surakarta,” kata Albicia, kemarin.
Lain dengan warga Jantirejo, sikap menolak perusakan situs Sari Petojo, juga disuarakan bocah-bocah SD di Solo. Tak tanggung-tanggung, bocah-bocah dari SD Al Firdaus Solo itu kuliah langsung dengan sejarawan yang gencar menolak perusakan situs cagar budaya di Solo, Sudarmono.
Di bawah tugu Laskar Putri Indonesia dan Surakarta, mereka duduk manis mendengarkan penjelasan sejarawan itu. ”Karena kekejaman investor, akhirnya mengubah bangunan bersejarah itu menjadi mal, setuju seperti itu?” tanya Darmono pada bocah-bocah tersebut.
Sambil mengacungkan jari telunjuknya, Nadya Aji Salsabilla (8), bertanya pada Sudarmono. ”Apakah Sari Petojo nanti juga akan dihancurkan Pak Dosen?”. Dengan tersenyum, Sudarmono menjawab pertanyaan bocah itu. ”Itu yang ingin saya pertahankan agar Sari Petojo bisa masuk dalam Benda Cagar Budaya,” jelas adik-adik, ujar Sudarmono.
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 komentar

Leave a Reply